Thursday, September 29, 2005

wonderful world

I see trees of green, red roses too
I see them bloom for me and you
And I think to myself, what a wonderful world

I see skies of blue and clouds of white
The bright blessed day, the dark sacred night
And I think to myself, what a wonderful world

The colours of the rainbow, so pretty in the sky
Are also on the faces of people going by
I see friends shakin' hands, sayin' "How do you do?"
They're really saying "I love you"

I hear babies cryin', I watch them grow
They'll learn much more than I'll ever know
And I think to myself, what a wonderful world
Yes, I think to myself, what a wonderful world
(wonderful world by louis amstrong)

Thursday, September 15, 2005

faith of the heart

And I will see my dream come alive at last
I will touch the sky
And they're not gonna hold me down no more
No they're not gonna change my mind

'Cause I've got faith of the heart
I'm going where my heart will take me
I've got faith to believe
I can do anything
I've got strength of the soul
And no one's gonna bend or break me
I can reach any star

I've got faith, I’ve got faith, faith of the heart

Enterprise Theme" Faith Of The Heart" by Russell Watson

Wednesday, September 07, 2005

Lantern Festival

Keturunan cina merupakan suku bangsa paling banyak yang ada disingapura. Selama disini, banyak sekali budaya - budaya cina yang baru saya ketahui.
Salah satu budaya cina yang baru saya tahu adalah lantern festival. Selasa malam, saya dan beberapa teman pergi ke chinese garden. Disini sedang ada perayaan lantern festival. Ketika masuk, kita disambut oleh deretan lentera yang di pasang di atas jembatan. Cukup bagus. liat aja fotonya :). Didalam garden, diisi banyak patung yang dikasih lampu, dan dikumpulkan dalam theme tertentu, misalnya, patung carnivora, cerita rakyat, merlion, dsb. Kemudian ada pagoda 7 tingkat, yang dihiasi oleh lentera-lentera berbentuk patung naga dari bawah sampai atas. Ditengah garden, disediakan masakan cina, sayang sekali, tidak berani mencoba, takut mengandung pork and lard :). Kita masuk jam setengah 8, keluar lagi jam 11 malam. Cukup melelahkan tapi mengasikkan.
Diindonesia, kayaknya cuma barongsai waktu perayaan chinese new year,budaya cina yang saya tahu, itupun baru marak setelah reformasi terjadi. Tidak tahu kenapa, budaya cina di indonesia itu seperti di"tabu"kan sebelumnya. Bahkan, keturunan cina seperti di"musuhi". Seperti ketika terjadi kerusuhan di jakarta.
Padahal, budaya cina yang sudah ada berabad-abad lamanya itu, pastilah banyak ilmu dan pengetahuan yang bisa didapat darinya.
Sebagai muslim, pasti sering mendengar pepatah arab yang menurut beberapa ahli bersumber dari hadist Nabi, "Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri Cina", yang mengisyaratkan, bahwa dalam beberapa hal, peradaban cina sudah demikian maju.

Monday, September 05, 2005

Feeling Grieve

Tadi pagi, ada sebuah dialog yang cukup menarik di TV, tentang "Feeling Grieve". Narasumbernya adalah pengarang buku psikologi terkenal, namun ia tidak cerita tentang bukunya, melainkan bercerita tentang pengalaman hidupnya dalam menghadapi peristiwa yang cukup sedih.
Mungkin dialog ini cukup membosankan, kalo saya melihatnya beberapa bulan sebelum ditinggal Ibu. Namun, menjadi menarik, karena saya sendiri, sampai sekarang masih belum bisa pulih sepenuhnya dari perasaan kehilangan seorang yang cukup berarti.
Narasumber bercerita, tentang reaksi orang yang beragam dalam menghadapi kedukaan. Ada yang marah, ada yang tidak menerima kenyataan, ada yang sedih berlarut-larut, adapula yang kebingungan. Dia sendiri, menurutnya, termasuk dalam kelompok yang marah-marah tanpa sebab yang jelas ketika menghadapi peristiwa tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu, menurutnya, maka perasaan sedih ini hilang, apabila kita sudah mulai menerima kenyataan tersebut.
Masih ingat, reaksi awal saya ketika berita duka datang dari rumah, adalah bingung. Tidak tahu apa yang harus dilakukan. Cukup lama saya diam, tidak menangis, tapi tidak tahu akan melakukan apa. Kemudian, teringat ajaran agama, untuk ambil wudlu dan sholat menghadapi situasi seperti ini. Setelah wudlu dan sholat, mulailah saya bisa menangis dan mulailah sadar apa yang terjadi dan kemudian merencanakan untuk pulang kerumah.
Ada satu point dari dialog ini, yaitu supaya orang-orang dewasa mencontoh bagaimana anak-anak kecil menghadapi duka. Mereka, anak-anak kecil, menyadari sepenuhnya ketidakhadiran orang yang sudah tiada, namun mereka tidak bersedih terlalu lama.
Saya ingat, keponakan saya, umurnya 2 tahun, kalo ditanya "nini (nenek, bhs sunda) kemana dik?", dia pasti jawab "nini sudah meninggal". Dan setiap sehabis makan, karena kebiasaannya makan sama nininya, dia sering bilang "adik sudah makan, tapi nini belum makan". Pernah, bibi saya dari garut datang, trus karena orang sunda, orang tuanya menyuruh memanggilnya dng sebutan nini, ketika bibi saya ini akan pulang, dia bilang "nini gak boleh pulang, kalo nini pulang, adik gak punya nini lagi". Meskipun menyadari sepenuhnya ketidakhadiran nininya, keponakan saya ini tidak bersedih berlarut-larut. Sesuatu yang menurut narasumber dialog diatas, perlu ditiru sama orang dewasa... dan mungkin... ditiru sama oom-nya.